Terang-terangan Dukung Putin, Donald Trump Dinilai Ingin Maju Lagi di Pilpres AS 2024

- 1 April 2022, 12:47 WIB
Donald Trump bertemu Vladimir Putin saat masih menjabat sebagai presiden Amerika Serikat
Donald Trump bertemu Vladimir Putin saat masih menjabat sebagai presiden Amerika Serikat /Reuters

BULELENGPOST.COM - Miliarder sekaligus Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kerap melontarkan pujian terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Pengamat Politik menyebut gelagat Trump bisa jadi amunisinya untuk melaju kembali di Pemilu AS pada 2024 mendatang.

Trump sendiri secara undang-undang masih bisa mencalonkan kembali untuk jabatan Presiden AS.

Sesaat sebelum Rusia melancarkan invasi, Putin mengakui dua wilayah di timur Ukraina yang dikuasai kelompok separatis pro-Moskow, Donetsk dan Luhansk. Trump kemudian menyebut tindakan itu genius.

Baca Juga: Liga Inggris Buat Gebrakan, Musim Depan Perbolehkan Aturan 5 Pergantian Pemain

"Saya bilang 'ini genius.' Putin mendeklarasikan sebagian besar wilayah Ukraina. Putin menyatakan kemerdekaan mereka. Oh, itu luar biasa," ujar Trump dikutip dari Reuters, Jumat, 1 April 2022.

Sebetulnya kedekatan Trump dan Putin tercermin sejak lama, bahkan sebelum pengusaha dan politikus Partai Republik itu menjabat sebagai presiden 2016 lalu.

Pada Maret 2021 lalu, Trump pernah mengisyaratkan akan kembali maju pemilihan presiden Negeri Paman Sam.

Ia mengaku berkomitmen membantu sesama politisi Partai Republik untuk menguasai kursi di parlemen dan senat dalam Pemilu 2022 lalu.

Baca Juga: Bali United Juara BRI Liga 1 2021/2022, Ketum PSSI Ucapkan Selamat

"Saya pikir kami memiliki peluang yang sangat, sangat bagus untuk mengambil kembali DPR. Anda memiliki peluang bagus untuk mengambil kembali Senat dan terus terang, kami akan membuat keputusan [untuk maju sebagai capres] setelah itu," kata Trump dikutip dari Reuters, Jumat 1 April 2022.

Trump juga memanfaatkan kisruh antara AS dengan Rusia terkait invasi di Ukraina sebagai momen untuk menjatuhkan lawan politiknya, Presiden AS Joe Biden.

Trump bahkan secara terbuka meminta bantuan Putin untuk membuka dokumen dugaan skandal bisnis putra Biden, Hunter Biden, di Rusia.

Pengamat Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Riau, Fahmi Salsabila, menyatakan tindakan dan kedekatan Trump dengan pemimpin Rusia sekarang bisa jadi amunisi di Pilpres AS.

"Bisa dikatakan seperti itu (memanfaatkan momen untuk maju Pilpres), jika dia lolos dan dicalonkan konvensi Partai Republik," kata Fahmi, dikutip dari Antara News, Jumat 1 April 2022.

Baca Juga: Berikut Jadwal Penerimaan Bintara Polri 2022 dan Persyaratannya

Fahmi menilai, sikap Trump yang kerap mengoceh soal Rusia juga agar ia tak kehilangan panggung politik. Kedua orang ini, menurutnya, punya misi masing-masing.

"Trump punya kepentingan dia memenangkan Pilpres, Putin punya kepentingan AS tidak 'mengganggu' kepentingan-kepentingan Rusia," lanjut Fahmi.

Rusia selama ini cemas sejak Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), yang mana AS punya kendali kuat, memperluas pasukan militer di Eropa Timur. Ia juga khawatir, Ukraina bergabung ke blok ini. Sebab, negara itu bisa menjadi pangkalan NATO untuk menembakan rudal ke Tanah Beruang Merah.

Adapun Trump hingga kini masih kecewa dengan kekalahannya di Pilpres 2020 lalu. Kedekatan dia dengan Putin semakin terlihat saat invasi Rusia ke Ukraina.

Terlebih, Biden sempat membuat pernyataan yang menyebut Putin tak layak lagi berkuasa karena terus menggempur Ukraina.

Baca Juga: Fakta Kepribadian Kelahiran Sukra Paing Sinta, Setia dengan Kata-kata

Trump juga masih kecewa dengan kekalahannya di Pilpres 2020 lalu. Kedekatan dia semakin terlihat saat invasi Rusia ke Ukraina. Terlebih, Biden sempat membuat pernyataan yang menyebut Putin tak layak lagi berkuasa karena terus menggempur Ukraina.

"Momen pernyataan kontroversi Biden ini dimanfaatkan Trump sebagai suatu kesalahan kebijakan Biden," ucap Fahmi.

Sebelumnya, Trump pernah mengatakan Rusia tak akan melancarkan agresi jika dia menjadi presiden atau saat dirinya memimpin Amerika.

Beberapa pihak menilai naiknya Trump ke pucuk kekuasaan AS tak lepas dari sokongan Putin. Saat menjabat pun, ia dilaporkan enggan menjatuhkan sanksi ke Rusia.

Badan Intelijen Rusia (KGB) diduga terlibat dalam Pilpres AS. Namun, hal ini masih menjadi misteri. Sebab saat Trump memimpin, ia memecat Direktur Badan Intelijen Washington (FBI) yang saat itu tengah melakukan penyelidikan.

Baca Juga: Pemerintah Beberkan Alasan Penunjukkan Maudy Ayunda Sebagai Jubir G20

Sementara itu, menurut Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, sikap Trump yang dekat dengan Rusia menuai sejumlah manfaat bagi dia.

Badan Intelijen Rusia (KGB) diduga terlibat dalam Pilpres AS. Namun, hal ini masih menjadi misteri. Sebab saat Trump memimpin, ia memecat Direktur Badan Intelijen Washington (FBI) yang saat itu tengah melakukan penyelidikan.

Sementara itu, menurut Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, sikap Trump yang dekat dengan Rusia menuai sejumlah manfaat bagi dia.***

 

Editor: Bagus Putu Ardha Krisna Putra

Sumber: reuters Antara News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah