Inilah Tujuan dan Makna dari Ogoh-ogoh saat Nyepi di Bali, kKapan Pertama Kali Digelar?

- 9 Maret 2024, 21:25 WIB
Salah satu ogoh-ogoih terbaik yang dipilih dewan juri dalam parade Kesanga Festival 2024 di Catur Muka Denpasar, 1 Maret 2024.
Salah satu ogoh-ogoih terbaik yang dipilih dewan juri dalam parade Kesanga Festival 2024 di Catur Muka Denpasar, 1 Maret 2024. /kartika mahayadnya/denpasar update

BULELENGPOST.COM - Inilah makna dan tujuan diadakannya ogoh-ogoh di Bali saat malam Pengrupukan atau sehari sebelum Nyepi.

Tentu pawai ogoh-ogoh selalu menjadi hal yang dinanti ketika Nyepi atau Tahun Baru Caka tiba.

Digelarnya ogoh-ogoh ketika malam Pengrupukan di Bali sejatinya sudah diadakan sejak lama dan turun temurun.

Tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan pertama kali ogoh-ogoh itu digelar.

Dahulu, banyak sumber yang menyebutkan jika ogoh-ogoh ada tidaklah semeriah dan semaraknya seperti sekarang.

Namun barulah pada tahun 1983, ketika Nyepi diresmikan sebagai Hari Libur Nasional oleh pemerintah, ogoh-ogoh semakin semarak dan menarik.

Baca Juga: Sesekali Panen Pokeball, Kakanda! Klaim Kode Redeem Pokemon Go 9 Maret 2024


Apa itu Ogoh-ogoh?

Dari beragam sumber dirangkum, ogoh-ogoh adalah sebuah karya seni dengan ukuran besar atau raksasa, kemudian ditaruh diatas sebuah tandu dan diarak keliling desa pada malam Pengrupukan atau H-1 Nyepi.

Pada dasarnya, ogoh-ogoh perlambang dari bhuta kala bentuknya beragam seperti raksasa dan rupa yang menyeramkan atau sejenisnya.

Makan dan Tujuan Diadakan Ogoh-ogoh

Adapun makna dari diadakannya ogoh-ogoh adalah untuk menghalau keburukukan dan hal negatif lainnya. Selain itu, ogoh-ogoh juga menjadi lambang dari sifat buruk manusia.

Baca Juga: Kasi Paham Mahasiswa Harvard, King! Ini Kode Redeem IQ Wars Simulator 9 Maret 2024


Banten Pengrupukan

Dilansir dari Filsafat Hindu, disebutkan dalam Lontar Sundarigama dan juga Tatta Gama Tiga disebutkan jika inti dari Pengrupukan adalah melaksanakan Caru Pancasata di Perempatan Desa atau melakkukan Tawur Agung yakti tingkat utama.

Sedangkan pada tingkat keluarga atau rumah masing-masing umat dihaturkan Segehan Agung Panca Warna Sia (9) Tanding, ikan dan ayam brumbun yang diolah, segehan agung, segehan cacah 108 tanding yang dilengkapi dengan tuah dan arak.

Banten atau segehan ini ditujukan kepada Sang Bhuta Raja, Sang Raja, Sang Bhuta Kalabala ketika Sandhyakala.

Baca Juga: Medalimu Lagi Diukir, Ndral! Klaim Dulu Kode Redeem Commander Simulator 9 Maret 2024

Ngerupuk kemudian dilakukan setelah dilaksanakan pecaruan dengan tujuan memulangkan Bhutakala dengan sarana obor.

Sembari keliling rumah membawa ogor, tirta dan bunyi-bunyian sembari mengucapkan sesontengan "mekaon, mekaon, mekaon" semabanyak 3 kali keliling.

Jam berapa Ogoh-ogoh Diarak

Setelah itu, barulah oogoh-ogoh diarak keliling desa atau tepatnya pada Sandhyakala.

Ogoh-ogoh kemudian diarak mengelilingi desa dan sekitarnya yang diiringi oleh lantunan baleganjur.

Tepat pada esok harinya dilaksanakan Catur Brata Penyepian dengan 4 larangan yang wajib dilaksanakan seperti:

  • Amati Geni berarti tidak menghidupkan api atau lampu.
  • Amati Karya berarti tidak bekerja atau tidak beraktifitas.
  • Amati Lelungan berarti tidak melaksanakan bepergian.
  • Amati lelanguan berarti tidak melaksanakan kegiatan bersenang-senang.

Baca Juga: Biar Shipping Lancar Jaya, Abangda! Klaim Kode Redeem Trucking Empire 9 Maret 2024

Keempat larangan dilaksanakan selama 24 jam penuh dari pukul 00.00 hingga 24 jam berikutnya.

Keesokan harinya pada Ngembak Geni dibeberapa wilayah di Bali digelar beragam tradisi seperti Omed-omedan di Sesetan, Siat Yeh dan Mabuwu-buwuan di Jimbaran dan juga Nyakan Diwang di Banjar Buleleng.

***

Editor: Gede Apgandhi Pranata


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah