Startup Tempatmu Bekerja Dilanda 'Bubble Burst'? Berikut Tips Agar Tetap Survive

- 27 Mei 2022, 10:56 WIB
Fenomena Bubble Burst tengah melanda banyak startup di Indonesia
Fenomena Bubble Burst tengah melanda banyak startup di Indonesia /IntoTheMinds

BULELENGPOST.COM - Maraknya fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) di perusahaan rintisan (startup) belakangan ini disebut-sebut sudah diprediksi para pengamat ekonomi dan bisnis.

Adapun PHK di kalangan perusahaan rintisan dinilai berkaitan erat dengan momentum Ledakan Gelembung (Bubble Burst) yang tengah berlangsung.

Sesuai namanya, bubble burst bisa dikatakan adalah fenomena pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan nilai pasar yang naik sangat cepat, terutama pada nilai aset.

Namun pergerakan itu juga diiringi dengan penurunan aset yang cepat pula.

Baca Juga: Lirik Lagu 'Upside Down', Single Terbaru Kang Daniel

Startup yang terus bermunculan di tanah air sedang mengalami hal ini. Sebagai perusahaan pemula, startup masih banyak mengalami tantangan.

Pertumbuhannya begitu cepat, namun di satu sisi bisa dikatakan rapuh. Terlihat belakangan PHK hingga ratusan karyawan terjadi di beberapa startup.

Mengutip Investopedia, Kamis, 26 Mei 2022 bubble burst terjadi oleh lonjakan harga aset yang didorong oleh perilaku pasar yang tinggi.

Aset biasanya diperdagangkan pada harga atau dalam kisaran harga yang jauh melebihi nilai intrinsik aset. Dengan kata lain, harga tidak selaras dengan dasar aset.

Baca Juga: Saat Kejadian, Ayah Emmeril Khan Mumyadz, Ridwan kamil Tengah Berada di Inggris

Bubble burst terjadi setiap kali harga barang naik jauh di atas nilai riil barang tersebut. Fenomena ini biasanya dikaitkan dengan perubahan perilaku investor.

Di pasar ekuitas dan ekonomi fenomena ini menyebabkan sumber daya ditransfer ke area tertentu dengan pertumbuhan yang cepat.

Namun, pada akhirnya, sumber daya tersebut dipindahkan lagi, menyebabkan harga turun.

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menjelaskan bubble burst terjadi karena ekspektasi yang berlebihan dari investor terhadap potensi startup dalam menghasilkan pendapatan jangka pendek.

"Padahal secara fundamental, sebagian startup masih terbilang merugi dan tidak memiliki daya saing sehingga nilai sahamnya menjadi overvalue. Kalau startup merugi tapi jadi pemenang di pasar dan punya masa depan is okay" ujarnya dikutip dari Antara News, Jumat, 27 Mei 2022.

Baca Juga: Pencarian Sempat Dihentikan, Emmeril Khan Mumtadz di Swiss untuk Mencari Sekolah

Jika sudah begitu, maka siap-siap goncangan terasa di perusahaan hingga harus melakukan PHK. "Kalau startup branding-nya saja yang besar, pitching sana sini untuk gaet investor ternyata produknya useless maka siap siap ditinggal investor," jelasnya.

Agar bubble burst yang dialami suatu startup tidak semakin meluas, Bhima berpesan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan startup.

Beberapa di antaranya dengan mengevaluasi ulang target pasar, rubah bisnis model apabila tidak memiliki prospek pasar yang kompetitif, fokuskan pada inovasi layanan atau produk, kolaborasi dengan pihak yang memang potensial.

"Startup juga perlu menurunkan target pertumbuhan secara wajar atau organik, prioritaskan tim manajerial yang solid dibandingkan hanya bertujuan mencari pendanaan tapi produk tidak laku di pasaran," pungkas Bhima.***

Editor: Bagus Putu Ardha Krisna Putra

Sumber: Investopedia Berbagai Sumber Antara News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah