Uni Eropa Sebut Varian Omicron Bisa Dominasi Gelombang Baru Covid-19

3 Desember 2021, 13:57 WIB
Sebuah tanda bertuliskan "Patuhi kewajiban menutup mulut dan hidung" dipasang di kawasan perbelanjaan Hohe Strasse, Cologne, Jerman, 1 Desember 2021. /Reuters

BULELENGPOST.COM - Lembaga kesehatan masyarakat Uni Eropa (EU) mengatakan bahwa varian Omicron berpotensi mendominasi kasus COVID-19 di Eropa dalam beberapa bulan ke depan, meski belum ada temuan kasus parah di kawasan tersebut.

Prediksi itu berdasarkan informasi awal seputar varian Omicron yang disebut sangat menular dibanding Delta, varian corona yang sebelumnya dianggap paling menular dari varian-varian sebelumnya.

Baca Juga: Ini Dia Jadwal dan Cara Menonton Siaran Langsung The Game Awards 2021

"Berdasarkan pemodelan matematika yang dilakukan oleh ECDC, ada sejumlah indikasi bahwa Omicron dapat menjadi dominan dari keseluruhan infeksi SARS-CoV-2 di UE/EEA (Wilayah Ekonomi Eropa) dalam beberapa bulan ke depan," kata Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC).

Dikutip dari Reuters, Jumat, 3 Desember 2021, EU dan EEA meliputi 27 negara anggota Uni Eropa ditambah Islandia, Liechtenstein, dan Norwegia.

Baca Juga: Ramalan Lengkap Sagitarius Sabtu, 4 Desember 2021

Sejauh ini belum ada bukti konklusif seputar penularan Omicron, namun pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Maria van Kerkhove pada Rabu mengatakan bahwa badan PBB itu berharap dapat mengantongi datanya dalam beberapa hari ini.

Sebelumnya, penasihat sains terkemuka pemerintah Prancis, Jean-Francois Delfraissy menyebutkan bahwa Omicron dapat menggeser dominasi varian Delta pada akhir Januari.

Baca Juga: Mod VR Terbaru Cyberpunk 2077 Memungkinkan Gamer Jelajahi Night City

Hingga kini Eropa mencatat 79 kasus varian Omicron yang pertama kali muncul di Afrika Selatan pada November, kata ECDC.

Sebagian dari kasus Omicron tidak bergejala dan sebagian lagi hanya menunjukkan gejala ringan. Tidak ada kasus yang menyebabkan penyakit parah, rawat inap atau kematian.

"Vaksinasi bagi mereka yang belum disuntik vaksin atau yang belum mendapatkan vaksin lengkap dan booster untuk mereka yang berusia di atas 40 tahun sangat penting," ujar Direktur ECDC Andrea Ammon melalui pernyataan.***

Editor: Bagus Putu Ardha Krisna Putra

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler