Perbatasan di Ukraina Timur Kian Memanas, Rusia Ancam AS Jika Terus Merecoki

18 Februari 2022, 20:51 WIB
Tentara Ukraina berbicara dengan penduduk setempat di luar taman kanak-kanak, yang menurut pejabat militer Ukraina, dirusak oleh penembakan, di Stanytsia Luhanska, di wilayah Luhansk, Ukraina, 17 Februari 2022. /Reuters

BULELENGPOST.COM - Tentara Ukraina dan pemberontak pro-Rusia melaporkan gempuran yang meningkat selama dua hari berturut-turut di wilayah Ukraina bagian timur.

Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya menilai eskalasi semacam ini bisa saja bagian dari dalih Rusia untuk membenarkan invasi ke Ukraina.

Dilansir dari Reuters, Jumat, 18 Februari 2022 Rusia berulang kali membantah tuduhan Barat bahwa pihaknya merencanakan invasi.

Adapun pekan ini mereka mengumumkan penarikan sebagian pasukannya dari dekat perbatasan Ukraina.

Baca Juga: Sempat Tertinggal 2 Gol, Barito Putera Lumat Persela dengan Skor 2-4

Namun sebaian besar negara Barat tidak mempercayai begitu saja klaim Rusia. 

Pihak Barat khususnya AS menyebut ada lebih banyak peralatan dan personel militer yang dikerahkan oleh Rusia ke dekat perbatasan Ukraina.

Hal ini mengindikasikan semacam persiapan yang biasanya dilakukan pada hari-hari akhir sebelum serangan dilancarkan.

Pasar keuangan yang sempat wasw mengenai ancaman perang besar di Eropa, kini dapat sedikit lega setelah adanya pengumuman rencana pertemuan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dan Menlu Rusia, Sergei Lavrov.

Baca Juga: Masih Aktif, Tukarkan Sekarang Kode Redeem ML Spesial Edisi Sabtu, 19 Februari 2022

Peningkatan yang mencolok untuk aktivitas gempuran di wilayah Ukraina bagian timur, telah memicu kekhawatiran global sejak Kamis, 17 Februari 2022 waktu setempat.

Diketahui bahwa pasukan pemerintah Ukraina masih terlibat pertempuran dengan pemberontak pro-Rusia di wilayah tersebut selama delapan tahun terakhir.

Kedua pihak sama-sama melaporkan bahwa gempuran meningkat secara drastis selama 48 jam terakhir, meskipun sejauh ini belum ada laporan korban jiwa.

Pada Kamis, 17 Februari 2022 waktu setempat, misi pemantau OSCE, yang biasanya mencatat puluhan pelanggaran gencatan senjata dalam sehari di wilayah itu, melaporkan hampir 600 pelanggaran, termasuk lebih dari 300 ledakan, yang terpantau di wilayah tersebut dalam 24 jam terakhir.

Baca Juga: Update Kasus Covid-19 Provinsi Bali Jumat, 18 Februari 2022

Kremlin, atau kantor kepresidenan Rusia, pada Jumat, 18 Februari 2022 waktu setempat menyatakan kekhawatirannya atas situasi terkini di Ukraina bagian timur. Disebutkan oleh Kremlin bahwa situasi tersebut berpotensi sangat berbahaya.

Mengenai skenario perang yang mungkin dilakukan Rusia, Blinken menuturkan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa AS meyakini Rusia merencanakan serangan total terhadap negara tetangganya.

Disebutkan Blinken bahwa serangan Rusia bisa dimulai dengan dalih yang direkayasa, mungkin melibatkan serangan palsu dan tuduhan palsu soal konflik separatis. Penjelasan serupa juga disampaikan oleh Presiden AS, Joe Biden.

"Kita memiliki alasan untuk meyakini mereka (Rusia-red) terlibat dalam operasi false flag agar memiliki alasan untuk masuk," cetus Biden dalam pernyataan kepada wartawan di Gedung Putih.

"Setiap indikasi yang kita miliki adalah mereka siap untuk pergi ke Ukraina dan menyerang Ukraina," imbuhnya.

Kremlin menyebut tuduhan Barat soal rencana invasi ke Ukraina sebagai histeria Barat.

Pada Jumat, 18 Februari 2022 waktu setempat, Rusia mengumumkan bahwa satu unit tank dan dua unit infanteri mekanik sedang dalam perjalanan kembali ke pangkalan mereka di wilayah selatan dan tengah Rusia usai latihan militer dituntaskan.

Namun Rusia juga bersikeras menekan Barat untuk memenuhi tuntutan keamanannya, termasuk janji agar Ukraina tidak pernah diterima menjadi anggota NATO.

Pada Kamis, 17 Februari 2022 waktu setempat, Rusia mengirimkan surat bernadaa keras kepada AS yang isinya menuduh negara itu mengabaikan tuntutan keamanan Rusia.

Rusia juga mengancam akan mengambil 'langkah teknis-militer' yang tidak ditentukan jika tidak ada jaminan keamanan yang mengikat.***

 

Editor: Bagus Putu Ardha Krisna Putra

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler