BULELENGPOST.COM --- Kapan sebenarnya penjor Galungan dipasang? Disebelah mana dipasang? Penjor Galungan merupakan perlambang Gunung dan juga Naga.
Belakangan santer pemasangan penjor dilakukan pada penyekeban (Minggu) atau Senin. Sebenarnya untuk pemasangan penjor Galungan dilakukan bukan hari tersebut.
Ada beberapa alasan biasanya pemasangan penjor dilakukan pada hari tersebut (Minggu dan Senin) pemilik rumah merupakan seorang perantau.
Baca Juga: Pengertian Penjor Galungan, Bahan dan Jenis-jenis Penjor
Inilah alasan kenapa di Bali sering kali terlihat penjor Galungan sudah dipasang pada Minggu atau Senin. Sebab di hari berikutnya biasanya warga tersebut telah melakukan mudik.
Namun pada dasarnya melakukan pemasangan penjor dilakukan pada nggara (Selasa) Wage Dungulan (Penampahan Galungan) setelah jam 12 siang dan letak pemasangan penjor berada di sebalah kanan pintu pagar rumah.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Bali Senin, 2 Januari 2023
Lalu apa itu penjor? Merangkum dari berbagai sumber, penjor adalah lambang dari Naga Basukih yang notabene merupakan perlambang kesejahteraan serta kemakmuran.
Selain itu, penjor juga disebut sebagai lambang gunung yang memiliki makna sama seperti Naga Basukih.
Baca Juga: Mantra yang Bisa Digunakan saat Galungan, Kuningan dan Pagerwesi
Penjor terbuat dari bambu ukuran sedang atau kecil dengan panjang tertentu dan ujungnya melengkung. Kemudian bambu itu dihiasi dengan janur/ daun Enau yang masih muda serta daun-daunan lainnya.
Perlengkapan lainnya yang menghiasi penjor adalah pala bungkah (umbi-umbian seperti ketela rambat), pala gantung (misalnya kelapa, mentimun, pisang, nanas dll), pala wija (seperti jagung, padi dll).
Jajan, serta sanggah Ardha Candra yang dibuat dari bambu, dengan bentuk dasar persegi empat dan atapnya melengkung setengah lingkaran.
Baca Juga: Upacara Rangkaian Menyambut Galungan dan Kuningan
Kemudian pada bagian ujung digantungkan sampiyan penjor lengkap dengan porosan dan bunga. Memasang Penjor bertujuan untuk mewujudkan rasa bakti dan sebagai ungkapan terima kasih atas kemakmuran yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan).
Bambu yang melengkung adalah gambaran dari gunung tertinggi sebagai tempat yang suci, hiasan Penjor yang terdiri dari kelapa, pisang, tebu, jajan, dan kain adalah wakil dari semua tumbuh-tumbuhan dan benda sandang pangan, yang dikaruniai oleh Hyang Widhi Wasa (Tuhan).
Baca Juga: Makna, Fungsi dan Penjelasan Tentang Penjor, Dua Jenis Penjor yang Ada di Bali
Keberadaan bahan-bahan pembuat penjor tersebut tentu memiliki arti dan filosofinya masing-masing. Berdasarkan lontar Tutur Dewi Tapini menyebutkan :
Ndah Ta Kita Sang Sujana Sujani, Sira Umara Yadnva, Wruha Kiteng Rumuhun, Rikedaden Dewa, Bhuta Umungguhi Ritekapi Yadnya, Dewa Mekabehan Menadya Saraning Jagat Apang Saking Dewa Mantuk Ring Widhi, Widhi Widana Ngaran Apan Sang Hyang Tri Purusa Meraga Sedaging Jagat Rat, Bhuwana Kabeh, Hyang Siwa Meraga Candra, Hyang Sadha Siwa Meraga “Windhune”, Sang Hyang Parama Siwa Nadha.
Baca Juga: Update Kasus Covid-19 Provinsi Bali Jumat, 5 Nopember 2021
Artinya : Wahai kamu orang-orang bijaksana, yang menyelenggarakan yadnya, agar kalian mengerti proses menjadi kedewataan, maka dari itu sang Bhuta menjadi tempat/tatakan/dasar dari yadnya itu, kemudian semua Dewa menjadi sarinya dari jagat raya, agar dari dewa semua kembali kepada hyang widhi.
Widhi widhana (ritualnya) bertujuan agar sang Tri Purusa menjadi isi dari jagat raya, Hyang Siwa menjadi Bulan, Hyang Sadha Siwa menjadi windu (titik O), sang hyang parama siwa menjadi nadha (kecek), yang mana kesemuanya ini merupakan simbol dari Ong Kara.
Baca Juga: Cord dan Lirik Lagu Sisan Timpal Mercy Band
Penjor galungan bersifat religius, yang mempunyai fungsi tertentu dalam upacara keagamaan,dan wajib di buat lengkap dengan kelengkapannya, membuat penjor untuk upacara memerlukan syarat tertentu, dan sesuai dengan Sastra Agama, agar tidak berkesan sebagai hiasan saja.
Di dalam lontar Tutur Dewi Tapini juga telah disebutkan bahwa setiap unsur pada penjor melambangkan simbol-simbol suci, yaitu sebagai berikut :
Bambu (dan kue) sebagai vibrasi kekuatan Dewa Brahma
Kelapa sebagai simbol vibrasi Dewa Rudra
Kain Kuning dan Janur sebagai simbol vibrasi Dewa Mahadewa
Daun-daunan (plawa) sebagai simbol vibrasi Dewa Sangkara
Baca Juga: Lirik dan Cord Lagu Matunangan Ajak Dewa Nanoe Biroe
Pala bungkah dan pala gantung sebagai simbol vibrasi Dewa Wisnu
Tebu sebagai simbol vibrasi Dewa Sambu
Padi sebagai simbol vibrasi Dewi Sri
Kain putih sebagai simbol vibrasi Dewa Iswara
Baca Juga: Ramalan Zodiak Aquarius hari ini Jumat, 5 Nopember 2021
Sanggah sebagai simbol vibrasi Dewa Siwa
Upakara sebagai simbol vibrasi Dewa Sadha Siwa dan Parama Siwa
Dan penjor biasanya dicabut satu bulan tujuh hari menurut perhitungan kalender Bali atau pada Pegatwakan. ***