Hal Menarik Ketika Kuningan, dari Sembahyang Sebelum Pukul 12 Siang, Nasi Kuning, Tamiang, Ter dan Endongan

- 4 Maret 2024, 09:30 WIB
Makna, Mantra dan Tata Cara Memakai 'Bija' Usai Sembahyang Bagi Umat Hindu
Makna, Mantra dan Tata Cara Memakai 'Bija' Usai Sembahyang Bagi Umat Hindu /Pixabay

BULELENGPOST.COM - Inilah hal menarik yang bisa kalian temukan ketika Kuningan di Bali. Mulai dari sembahyang sebelum jam 12 siang, adanya hiasan Tamiang, Ter dan Endongan hingga nasi kuning.

Lantas, apakah benar melakukan persebahyangan saat Kuningan harus sebelum jam 12 siang?

Berikut ini adalah penjelsan dari beragam sumber tentang kabar larangan sembahyang sebelum jam 12 siang saat Kuningan.

Saat hari raya Kuningan tidak boleh sembahyang lewat jam 12 siang? apa yang menyebabkan?

Baca Juga: Apa Makna Nasi Kuning yang ada di Banten Kuningan? Berikut Hal Unik yang Hanya ada saat Kuningan

Rainan Kuningan datang pada Saniscara Kliwon Wuku Kuningan. Di mana rainan ini datang setiap 6 bulan sekali.

Kuningan bermakna Kauningan yakni pencaian tingkatan spiritual melalui introspeksi.

Ida Pedanda Kebayan menjelaskan tentang rainan Kuningan tidak boleh sembahyang lewat dari jam 12 siang.

Baca Juga: Ramalan Mingguan Capricorn berlaku 6-12 Agustus 2023

Dijelaskan bahwa matahari tertinggi pada saat Wuku Kuningan adalah pukul 12 siang.

Kemudian dalam perhitungan Wuku, peralihan wuku terjadi pada 12 siang. Sehingga setelah pukul 12 siang itu peralihan dari Wuku Kuningan ke Wuku Langkir.

Lalu sumber lain menyebutkan tentang hari raya Kuningan tidak boleh sembahyang lewat jam 12 siang sebagai berikut.

Baca Juga: Ramalan Mingguan Scorpio berlaku 6-12 Agustus 2023

Lontar Sundarigama menyebutkan bahwa pada setelah siang hari para dewa dan roh leluhur telah kembali ke alam sunia.

Itulah alasan kenapa hari raya Kuningan tidak boleh sembahyang lewat jam 12 siang. 

Ter, Tamiang dan Endongan

Tamiang sebaai salah satu saranan upacara saat perayaan kuningan
Tamiang sebaai salah satu saranan upacara saat perayaan kuningan Bulelengpost

Jika Anda memperhatikan, ada satu sarana yang hanya ada saat Kuningan yakni tamiang. Tamiang terbuat dari janur (dibeberapa tempat ada yang menggunakan ental/ lontar) yang berbentuk bulat dan memiliki diameter berbeda-beda serta memiliki hiasan yang berbeda-beda.

Tamiang dikatakan sebagai symbol dari Dewata Nawa Sanga karena menunjukkan 9 arah mata angin. Dewata Nawa sanga adalah sembilan dewa atau manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang menjaga atau menguasai sembilan penjuru mata angin.

Baca Juga: Daftar Dasa Awatara menurut Kepercayaan umat Hindu di Bali

Dan sembilan dewa itu adalah Dewa Wisnu, Sambhu, Iswara, Maheswara, Brahma, Rudra, Mahadewa, Sangkara, dan Siwa.

Dalam hari raya Kuningan biasanya tamiang dipasang di rumah dan di pelinggih. Tamiang ada dua jenis yakni:

Tamiang Hias
Tentu dari kata hias kita telah mengetahui jika tamiang hias memang diperuntukkan dalam acara tertentu seperti pernikahan dan sebagainya.

Tamiang hias biasnaya tidak bersisi porosan sebab memang tamiang jenis ini untuk acara biasa.

Baca Juga: Tumpek Landep, Pertajam Keimanan dan Intelegensi Umat Hindu di Bali

Ada beberapa ciri tamiang hias yang bisa dilihat seperti bentuknya yang bervariasi, penggunaan bunga yagn beragam, ada unsur ornamen tambahan, dan warna yang leih menarik.

Tamiang Upacara
Tentu fungsi utama dari tamiang ini untuk upcara keagamaan seperti kuningan. Tamiang jenis ini lebih sederhana dan terkesan lebih baku.

Dalam tamiang jenis ini berisi porosan sebagai perlambang Ida Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa sebagai simbol Tri Murti.

Baca Juga: Hari Raya Pagerwesi 'Hari untuk memohon Kekuatan dan Keteguhan Iman' Umat Hindu

Lalu ada bunga sebagai sarana rasa bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang mempersembahkan yadnya sebagai wujud upakaranya.

Selain tamiang, ada juga sarana lain yang menyertai tamiang yakni endongan. Menurut Kamus Bali-Indonesia (Dinas Pendidikan Dasa Provinsi Bali, 1991) kata endongan diartikan sebagai “tempat bekal dari tapis kelapa”.

Baca Juga: Ditjen Bimas Hindu Gelontorkan Rp15,2 Miliar untuk Atasi Akses Pendidikan Hindu di Indonesia

Endongan biasanya dimaknai sebagai alat atau wadah untuk menempatkan perbekalan. Sarana lainnya, yakni ter dan sampian gantung.

Ter adalah simbol panah (senjata) karena bentuknya memang menyerupai panah. Sementara sampian gantung sebagai simbol penolak bala. ***

Editor: Gede Apgandhi Pranata


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah