Anggota Taliban Diam-diam punya "Chatroom" Resmi di Clubhouse

22 Agustus 2021, 21:45 WIB
Ilustrasi anggota Taliban dan Clubhouse /Reuters

BULELENGPOST.COM - Saat Taliban meraih tampuk kekuasaan Afghanistan, beberapa anggota kelompok ekstrimis Islam ini tampaknya meluangkan waktu untuk masuk ke Clubhouse, aplikasi media sosial berbasis audio yang sedang hits.

Dikutip dari New York Post, juru bicara Taliban menjalankan ruang obrolan dalam aplikasi di mana mereka membahas agama dan rencana mereka untuk masa depan Afghanistan, yang dengan cepat jatuh ke dalam kendali kelompok ekstremis di tengah penarikan pasukan Amerika.

Baca Juga: Demi Keamanan Warga Sipil, Clubhouse Hapus Informasi Pribadi Pengguna di Afghanistan

Baca Juga: Taliban Menang, Partai Komunis Pakistan : Ini Menginspirasi Kelompok Jihad di Seantero Negeri

“Taliban menyebut saya kasar dan memotong mikrofon saya setelah saya mengatakan yang sebenarnya tentang mereka,” ungkap Haanya Saheba Malik, pengguna Clubhouse Afghanistan yang tidak sengaja bergabung di chatroom Taliban.

“Mereka secara terbuka menyerukan bahwa kami yakni orang-orang kafir pejuang hak asasi manusia pantas dihukum mati,” tuturnya.

Sekadar informasi, persyaratan layanan di Clubhouse melarang perilaku tidak bermoral, rasis, atau diskriminatif berdasarkan ras, etnis, asal negara, kasta, orientasi seksual, jenis kelamin, identitas gender, afiliasi agama, usia, kecacatan, atau penyakit serius.

Baca Juga: Deddy Corbuzier Konfirmasi Terkena covid, Ceritakan Dirinya Hampir Meninggal

Akan tetapi, aplikasi yang didukung oleh investor papan atas seperti Andreessen Horowitz dan Tiger Global Management, serta pengusaha selebritas Audrey Gelman itu tampaknya telah memungkinkan grup chatroom Taliban untuk beroperasi di platform tersebut setidaknya selama dua minggu.

Mengenai aktifitas terakhir, seorang juru bicara Taliban sekali lagi tampil di chatroom Clubhouse, menyerukan hubungan yang lebih baik antara Afghanistan dan Iran sambil memuji sistem pemerintahan teokratis negara itu, menurut media nonprofit Asia Selatan. Research Institute, yang memantau komunikasi Taliban.

Baca Juga: Capaian Vaksinasi di Provinsi Bali per Sabtu 21 Agustus 2021

Seorang juru bicara Clubhouse membantah bahwa platform mereka menoleransi kelompok teror.

"Clubhouse melarang kelompok teror dan anggotanya. Kami bekerja dengan Tech Against Terrorism serta pakar materi pelajaran dan pemimpin industri lainnya untuk memastikan bahwa pengguna seperti ini dihapus secara permanen dari platform.” ujarnya

Baca Juga: Daniel Mardhany Ikon Dead Squad Resmi Keluar, Stevi Item: Kami Tetap Berjalan

Konten di Clubhouse yang menjadi terkenal awal tahun ini karena mengadakan sesi eksklusif dengan ikon teknologi seperti Tesla's Elon Musk dan Robinhood's Vlad Tenev.

Konten seperti ini lebih sulit dilacak daripada banyak platform media sosial lainnya karena obrolannya hanya sebatas audio, memungkinkan pengguna untuk memundurkan atau mendengarkan sesi sebelumnya.

Kebijakan Clubhouse juga secara eksplisit melarang pengguna merekam atau mengutip pernyataan yang dibuat melalui aplikasi.

Baca Juga: Indonesia Kembali Menerima 567.500 Dosis Vaksin AstraZeneca

Namun, beberapa pengguna Clubhouse Afghanistan justru mengatakan bahwa Taliban merekam sesi Clubhouse untuk menandai kritik untuk pembalasan di masa depan.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid, yang juga mengoperasikan akun Twitter dengan 232.000 pengikut, membantah mengancam lawan di Clubhouse dalam sebuah pernyataan kepada AFP.

Baca Juga: Capaian Vaksinasi di Provinsi Bali per Sabtu 21 Agustus 2021

Media sosial menjadi semakin penting bagi Taliban karena kelompok itu berupaya merebut pemerintah Afghanistan yang didukung AS.

Hampir setengah dari 37 juta penduduk negara itu memiliki akses internet dan 13 juta penduduk menggunakannya untuk media sosial. Inipun menjadikan aplikasi seperti Clubhouse sebagai cara penting untuk menjangkau warga Afghanistan. ***

 

 

Editor: Bagus Putu Ardha Krisna Putra

Sumber: New York Post

Tags

Terkini

Terpopuler