Tak Hanya Lewat Ledakan, Rusia Juga Lancarkan Serangan Malware ke Ukraina

24 Februari 2022, 13:19 WIB
Rusia lancarkan serangan siber ke Ukraina /The Guardian

BULELENGPOST.COM - Badan pemerintahan Amerika Serikat dan Inggris menemukan malware baru yang diduga berasal dari sindikat peretas yang dibekingi pemerintah Rusia.

Temuan ini dipublikasikan oleh National Cyber Security Center milik Inggris dan National Security Agency milik Amerika Serikat.

Mereka memperingatkan bahwa sindikat hacker Rusia bernama Sandworm telah mengembangkan malware baru bernama Cyclops Blink.

Dikutip dari The Guardian, Kamis, 24 Februari 2022, Cyclops Blink ini disebut sangat canggih karena bisa menyerang perangkat firewall yang dikembangkan oleh Watchguard untuk melindungi komputer dari peretas.

Baca Juga: Simbol Bintang Dikaitkan dengan Captain Marvel, Hanung: Itu Ciri Khas Gatotkaca

Malware canggih ini bisa menghadapi berbagai pertahanan yang diterapkan oleh sistem, termasuk saat sistem melakukan reboot.

Meski temuannya dipublikasikan saat tensi antara Rusia dan Ukraina sedang meningkat, kedua badan tersebut menepis anggapan kalau laporan ini ada kaitannya dengan kondisi tersebut.

Hanya saja, perusahaan keamanan siber AS bernama Mandiant menyebut kalau temuan ini adalah pengingat atas kerusakan yang bisa dihasilkan oleh Sandworm, yang diduga ada di balik serangan NotPetya di Ukraina pada 2017.

"Tak ada lagi aktor dari Rusia yang bisa begitu sukses merusak infrastruktur kritikal di Ukraina dan di tempat-tempat lain," jelas John Jultquist, VP di Mandiant Threat Intelligence, yang 'memuji' Sandworm sebagai musuh yang sangat hebat dan pintar.

Baca Juga: Persita Tangerang vs Madura United: Pendekar Cisadane Tampil Pede Usai Raih Poin Penuh

Saat ini, Presiden Rusia Vladimir Putin sudah memulai operasi militernya di Ukraina. Namun sebenarnya, serangan siber Rusia ke Ukraina sudah dimulai sejak beberapa waktu lalu.

"Rusia tidak lantas tiba-tiba memutuskan menginvasi Ukraina minggu ini. Perencana militer sudah menyiapkan kampanye ini setahun sebelumnya," jelas Rick Holland, Chief Information Security Officer di perusahaan keamanan siber bernama Digital Shadows.

Kampanye serangan siber itu berbentuk penyebaran hoax, serangan DDoS, dan menyusupkan malware penghapus data ke berbagai sistem komputer di Ukraina. Semua itu, menurut Holland, adalah bagian dari doktrin militer Rusia.

Sebelumnya, berbagai situs bank dan pemerintahan Ukraina dikabarkan sempat mengalami serangan DDoS massal, yang membuat situs tersebut tidak bisa diakses.***

 

Editor: Bagus Putu Ardha Krisna Putra

Tags

Terkini

Terpopuler