Network
BULELENG POST - Kelompok peretas Cina telah berencana menargetkan serangan yang lebih masif khususnya pada perusahaan penyedia layanan telekomunikasi utama di seluruh Asia Tenggara. Menurut sebuah laporan baru yang menyatakan AS dan negara-negara lainnya menuduh Cina berada dibalik peretasan server email Microsoft Exchange.
Baca Juga: Netflix Akan Tayangkan Serial Dokumenter Misi Penerbangan SpaceX
Dilansir dari South Cina Morning Post, Rabu, 4 Agustus 2021, Sebuah Perusahaan keamanan yang berbasis di Boston, Cybereason mengatakan dalam sebuah laporan pada hari Selasa bahwa mereka telah mengidentifikasi tiga kelompok intrusi ke dalam industri telekomunikasi di kawasan itu setidaknya sejak 2017.
Cybereason mengatakan telah secara aktif melacak pemberi ancaman setelah AS, Inggris, Uni Eropa dan lainnya menyalahkan Cina karena mensponsori aksi peretasan besar-besaran Microsoft yang ditemukan sejak awal tahun ini.
Baca Juga: Atlet Belarus yang Diusir Tim Olimpiade Negaranya Kini Mendapatkan Suaka Di Polandia
Tuduhan peretasan terbaru muncul setelah AS pada pertengahan Juli berjanji untuk bekerja dengan sekutunya melawan aksi peretasan termasuk pengungkapan komunikasi internal dalam perangkat lunak Microsoft Exchange oleh peretas Cina yang dikenal sebagai Hafnium.
Sementara itu Beijing menolak adanya tuduhan mengenai serangan siber, dengan mengatakan Washington telah bersekongkol dengan sekutunya untuk membuat tuduhan yang tidak berdasar. Pemerintahan Cina juga mendesak AS dan sekutunya untuk menghentikan peretasan siber dan serangan yang menargetkan Cina.
Baca Juga: Tabungan Emas 3 Kg Menanti Atlet Berprestasi di Olimpiade Tokyo
Kementerian luar negeri Cina mengatakan Beijing menentang semua bentuk serangan siber, dan tuduhan AS tidak memiliki bukti lengkap dalam menghubungkan peretasan dengan pemerintah Cina.
