BULELENGPOST.COM - Perang dagang Cina melawan Australia semakin memburuk, seiring dengan harga bijih besi anjlok dari rekor tertinggi. Hal inipun membuat perekonomian negeri kangguru itu mengalami kesulitan baru.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya Cina untuk mengakhiri ketergantungannya pada bijih besi, sekaligus untuk mensanksi Australia karena gagal mengikuti Beijing tentang hak asasi manusia, asal-usul COVID-19, dan raksasa telekomunikasi Huawei.
Baca Juga: Rayakan Hari Pembebasan Korea, Kim Jong Un Bertukar Pesan dengan Vladimir Putin
Bijih besi telah menjadi satu-satunya titik terang dalam hubungan antara Australia dan Cina selama setahun terakhir. Meroketnya harga bijih besi telah menyumbang miliaran dolar ke dalam perekonomian dan mengimbangi pembatasan ekspor lainnya.
Dilansir dari thenewdaily.com.au, Minggu, 15 Agustus 2021, pembatasan Cina pada ekspor lainnya antara lain; batu bara, tembaga, daging sapi, anggur, kapas, barley, kayu, dan lobster.
Baca Juga: Pensiun dari UFC, Khabib Nurmagomedov Kini Beralih Profesi jadi Pesepak Bola
Langkah ini setidaknya telah merugikan Australia sebesar $6,6 miliar dari Juni 2020 hingga Februari 2021, menurut data University of Adelaide.
Nilai kerugian itu bisa membengkak hingga $23 miliar jika pembatasan tersebut membuat ekspor menjadi nol selama periode 12 bulan.
Baca Juga: Miliki Banyak Audiens, Pabrikan Otomotif Ramai - Ramai Beriklan di Ajang E-Sports