Desa Kamasan Pusat Lukisan Wayang Bergaya Tradisional di Bali

- 3 Agustus 2021, 21:13 WIB
Lukisan Kamasan
Lukisan Kamasan /Ekawati/Baliilu

BULELENGPOST.COM - Desa Kamasan, 43 kilometer dari arah kota Denpasar adalah sebuah desa dengan dukungan sebanyak 5 (lima) dusun dan jumlah warga sekitar 4289 orang, adalah sebuah desa dengan keunikan atau kekhasan tersendiri. Keunikan desa ini hanya satu-satunya ada di Bali, yang berlokasi di Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali.

Apa keunikannya? Dimulai dari nama desanya yaitu Kamasan, adalah sebuah nama yang dalam perjalanan sejarahnya erat terkait dengan Raja yang berkuasa di Klungkung pada saat itu.

Baca Juga: PPKM Diperpanjang, UHA Harap Kasus Covid-19 Menurun

Melalui situs resminya dijelaskan bahwa kata Kamasan atau “Ka-emas-an” adalah nama yang cukup tua untuk komunitas orang-orang yang mempunyai pekerjaan dalam bidang memande yaitu Pande Mas sesuai dengan nama salah satu banjar di desa Kamasan.

Latar belakang sejarah Desa Kamasan tercantum dalam Prasasti Anak Wungsu tahun 994 Saka atau tahun 1072 Masehi. Dalam prasasti tersebut dijelaskan bahwa kata atau nama desa Kamasan secara etimologi terdiri dari kata yaitu Kama yang berarti bibit dan San yang berarti indah.

Baca Juga: 30 Gejala Kanker yang Tidak Boleh Diabaikan

Bukti arkeologis yang ditemukan berupa tahta-tahta batu, arca menhir, lesung batu, palungan batu, monolit yang berbentuk silinder, batu dakon, lorong-lorong jalan yang dilapisi batu kali yang pernah ditemukan pada tahun 1976 dan 1977, yang tersebar di desa-desa Kamasan dan sekitarnya memberi petunjuk bahwa komunitas tersebut cukup tua umurnya.

Dari temuan arkeologis tersebut juga memberi petunjuk bahwa tradisi megalitik pernah mewarnai kehidupan komunitas di desa Kamasan dan sekitarnya, yaitu kehidupan komunitas pra Hindu yang berakar pada masa neolitikum (± 2000 tahun SM).

Tradisi Megalitik telah diserap oleh para undagi dan ke-pande-an pada periode kemudian. Para Pande semakin dikenal dan difungsikan oleh Raja (Ida Dalem) sejak kerajaan berpusat di Gelgel (1380-1651). Produk seni ukir pada logam emas atau perak yang berbentuk pinggan (bokor, dulang dll) telah dijadikan perlengkapan barang-barang perhiasan Keraton Suweca Linggaarsa Pura Gelgel.

Halaman:

Editor: Putu Ariek Putra Wijaya Kusuma

Sumber: Ida Bagus Purwa Sidemen


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah