Penjelasan dan Pengertian Pagerwesi, Pemujaan Terhadap Dewa Siwa

28 Maret 2022, 06:05 WIB
Canang, sarana persembahan umat Hindu di Bali /Ariek Putra Wijaya/Bulelengpost

BULELENGPOST.COM --- Berikut adalah makna dan penjelasan tetang hari raya Pagerwesi. Hari raya Pagerwesi datang setiap 210 hari menurut perhitungan kalender Bali.

Pagerwesi datang berdasarkan pertemuan Wuku Sinta, Saptawara Buda dan Pancawara Kliwon. Pada rainan Pagerwesi, umat hindu melakukan pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan manifestasi bliau sebagai Sanghyang Pramesti Guru (Tuhan sebagai guru alam semesta).

Baca Juga: Mantra yang Bisa Digunakan saat Galungan, Kuningan dan Pagerwesi

Dalam Lontar Sundarigama disebutkan, Pagerwesi merupakan hari pemujaan kepada Dewa Siwa manifestasinya sebagai Sang Hyang Pramesti Guru.

Sehingga Pagerwesi dikaitkan dengan ilmu pengetahuan yang diturunkan melalui para guru. Pagerwesi juga datang 2 hari setelah hari raya Saraswati.

Baca Juga: Hari Raya Pagerwesi 'Hari untuk memohon Kekuatan dan Keteguhan Iman' Umat Hindu

Guru yang harus dihormati dalam hal ini adalah catur guru. Guru Rupaka (orangtua), Guru Pengajian (guru di sekolah), Guru Wisesa (pemerintah) dan Guru Swadyaya (Ida Sang Hyang Widhi).

Tidak hanya itu, Pagerwesi adalah pengingat manusia untuk tetap teguh pada iman yang berlandaskan pengetahuan.

Baca Juga: Mantra yang Bisa Digunakan saat Merayakan Rari Raya Saraswati

Sumber lain menyebutkan bahwa Pagerwesi terdiri pada kata pager bermakna pageh yang artinya teguh (tapa) dan pada kata wesi maknanya iman atau kedirgayusan.

Dalam sebuah sloka dari kitab Niti Sataka, pada sloka 14, sebagai berikut:

Daurmantryannrpatirvinasyati yatih
Sangatsuto lalanad viproanadhyāyanatkulam
Kutanayacchilam khalopasanat hrirmadyadana
Vekṣanadapi krsih snehah pravasasrayan maitrī
Capraṇayatsamrddhiranayattyagatpramadad dhanam

Baca Juga: Makna dan Penjelasan Rainan Buda Wage Klawu, Uang Bukanlah Tujuan Melainkan Bertindak Sebagai Sarana

Artinya:
Inilah penyebab kehancuran itu. Pemimpin hancur karena penasehat yang buruk. Yogi hancur karena tertarik kepada wanita. Anak hancur karena di manja. Brahmana hancur karena melupakan kitab suci.

Baca Juga: Makna dan Perayaan Rainan Buda Cemeng Menail, Payogan Bhatari Manik Galih

Etika hancur karena bergaul dengan penjahat. Persahabatan hancur karena melupakan rasa kasih sayang.

Kekayaan hilang karena malas. Manusia hendaknya menjauhkan diri dari penyebab kehancuran itu. ***

Editor: Gede Apgandhi Pranata

Tags

Terkini

Terpopuler