Penjelasan Tentang Rainan Pegatwakan Lengkap dengan Banten yang Digunakan

11 Juli 2022, 19:42 WIB
Penjor yang berada di sekitar pura /ignartonosbg/Pixabay

BULELENGPOST.COM --- Berikut adalah penjelasan tentang Rainan Pegatwakan yang menjadi penanda berakhirnya rangkaian hari raya Galungan dan Kuningan.

Pegatwakan atau juga ditulis sebagai Pegat Uwakan merupakan rainan Hindu yang datang pada Buda Kliwon Wuku Pahang atau pada setiap 210 hari (6 bulan sekali).

Pada rainan ini biasnaya umat Hindu akan mencabut penjor yang telah dipasang di depan rumah ketika penampahan Galungan lalu.

Baca Juga: Mantra yang Bisa Digunakan saat Galungan, Kuningan dan Pagerwesi

Kemudian piranti yang terpasang di penjor akan dibakar dan abunya dimasukkan dalam klungah nyuh gading yang telah dikasturi.

Setelah itu klungah nyuh gading tadi ditanam pada tempat pemasangan penjor tadi. Dalam Lontar Sundarigama dijelaskan sebagai berikut.

Pahang, Buda Kliwon Pegatwakan, ngaran, pati warah panelasning mengku, biana semadi, waraning Dungulan ika, wekasing perelina, ngaran kalingan ika, pakenaning sang wiku lumekasang kang yoga semadi,

umoring kala ana ring nguni, saha widi-widana sarwa pwitra, wangi-wangi, astawakna ring sarwa dewa, muang sesayut dirgayusa abesik, katur ring Sang Hyang Tunggal, panyeneng tatebus.

Baca Juga: Penjelasan Tentang Penyekeban yang Merupakan Rangkaian dari Galungan dan Kuningan

Artinya:
Pada Buda Kliwon Pahang adalah Hari Raya Pegatwakan, ini dikatakan sebagai hari berakhirnya tapa brata.

Sang wiku patut melaksakana renungan suci dengan sarana wangi-wangian dan sesayut dirgayusa yang dipersembahkan pada Sanghyang Tunggal dengan dilengkapi penyeneng dan tetebusan.

Baca Juga: Penjelasan Tentang Sugihan Tenten, Sugihan Jawa dan Sugihan Jawa sebagai Rangkaian dari Galungan

Masih dalam Lontar Sundarigama, disebutkan juga bahwa Pegatwakan merupakan putusnya perkataan.

Jika dihitung, rainan Pegatwatakan datang tepat 35 hari setelah perayaan galungan.***

Editor: Gede Apgandhi Pranata

Tags

Terkini

Terpopuler