10 Orang Terluka Dalam Aksi Penembakan Masal di Queens

- 3 Agustus 2021, 10:56 WIB
Dua pelaku aksi penembakan terekam CCTV
Dua pelaku aksi penembakan terekam CCTV /New York Times

BULELENGPOST.COM - Pada Sabtu malam, situasi di sekitaran 37th Avenue di Queens tampak terlihat normal. Namun ketegangan baru muncul pukul 22:40 waktu setempat, ketika dua pria bersenjata mengenakan hoodies dan topeng berbelok di sudut jalan dan melepaskan tembakan acak.

"Para pelaku membidik tiga pria di depan tempat pangkas rambut yang diyakini sebagai anggota geng Trinitarios, tetapi juga menyerang tujuh orang di sekitarnya." ujar polisi

Baca Juga: Demo Protes COVID-19 Di Berlin, Ratusan Pengunjuk Rasa Ditangkap

Dilansir dari New York Times, Selasa, 3 Agustus 2021 para pelaku melompat ke atas sepasang skuter yang menunggu dan dikendarai anak buah pelaku. Mereka berhasil kabur sebelum aparat berwenang tiba di TKP. 

"Penembakan di Queens melibatkan sejumlah faktor yang telah hadir dalam penembakan baru-baru ini, termasuk anggota geng, satu atau lebih senjata, skuter, topeng dan orang-orang yang terluka." menurut Chief Essig.
 
 
Para korban yang terluka adalah lima pria dan dua wanita, dan para korban berusia antara 19 hingga 72 tahun, menurut polisi setempat. Sebagian besar terkena tembakan di kaki mereka, dan yang termuda ditembak di telinga kanannya, kata polisi. Korban yang terluka paling parah adalah seorang pria yang tertembak di perut, kata polisi. Mereka dibawa ke Pusat Rumah Sakit Elmhurst dan Rumah Sakit NewYork-Presbyterian, bersama dengan rumah sakit lain, untuk perawatan.
 
 
Pada hari Minggu sore, garis polisi masih menutup sebagian jalan di 37th Avenue. pintu etalase di dekat restoran, toko pakaian, tetap dibuka. Di Dos Bros, sebuah restoran yang terlihat dalam rekaman CCTV penembakan, kaca dari jendela depannya tampak pecah dan berserakan di trotoar. Mobil yang diparkir di luar juga dipenuhi lubang peluru. Kepala Essig mengatakan polisi telah menemukan 40 selongsong peluru. "Para detektif masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan. penyidikan, pencarian barang bukti, dan sebagainya. Maka dari itu kami meminta dukungan publik untuk informasi apa pun yang mereka miliki tentang ini," jelasnya.
 
Sementara itu, warga sekitar merasa resah. Lucia Jimenez, 43, sedang bekerja di belakang konter di Pasar Daging Hernandez pada Sabtu malam ketika dia mendengar serangkaian ledakan keras yang awalnya dia duga adalah kembang api. “Saya tidak bisa membayangkannya. Sekarang saya tidak merasa aman.” katanya dalam wawancara pada Minggu sore
 

Penembakan massal di North Corona, merupakan lingkungan dengan mayoritas imigran dari amerika Latin. Lingkungan ini merupakan daerah minim kekerasan senjata yang akhirnya menarik perhatian calon walikota dari Partai Demokrat dan Republik untuk menengok lokasi kejadian. Para kader partai inipun mendorong kepolisian New York City untuk meningkatkan pengawasannya terhadap geng dan kekerasan senjata. 

Eric Adams, kader Demokrat dan mantan kapten polisi yang memiliki catatan penegakan hukum yang baik, memperingatkan bahwa kekerasan hanya akan memburuk tanpa intervensi yang memadai. “Kami kehilangan pegangan pada keselamatan publik, dan kami harus segera merespons dan memperlakukan ini seperti krisis,” kata Adams yang digadang - gadang akan menjadi walikota kota berikutnya.

Baca Juga: 4 Faktor Ribuan Pelamar CPNS di Denpasar Tak Lolos Seleksi Administrasi

Dia juga meminta pemkot agar memfokuskan penegakan hukum pada kekerasan senjata dengan geng gabungan dengan berkordinasi secara intensif pada lembaga federal dan negara bagian. Dirinya juga meminta dukungan untuk pemberlakuan kembali unit polisi berpakaian preman untuk berburu senjata ilegal.

Sementara itu kader dari Partai Republik, Curtis Sliwa, menyerukan perluasan database geng kriminal di Departemen Kepolisian serta menyediakan lebih banyak uang untuk membayar informan rahasia. Sebelumnya pada hari itu, polisi merilis video pengawasan dari pelaku dan anak buahnya dan memohon kerjasama publik untuk menyelesaikan kejahatan tersebut. Kepala Detektif James Essig mengatakan dirinya merasa terganggu oleh apa yang dia lihat sebagai “serangan terkoordinasi yang kurang ajar.”

Halaman:

Editor: Bagus Putu Ardha Krisna Putra

Sumber: New York Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah