Ingin Buka Hubungan Diplomatik, Putin Minta Taliban untuk lebih 'Beradab'

- 4 September 2021, 09:02 WIB
Presiden Rusia, Vladimir Putin
Presiden Rusia, Vladimir Putin /Reuters

BULELENGPOST.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin berharap Taliban akan berperilaku lebih "beradab" di Afghanistan, sehingga negara - negara di seluruh dunia dapat mempertahankan hubungan diplomatik dengan Kabul.

“Rusia tidak tertarik dengan disintegrasi Afghanistan. Jika ini terjadi, maka tidak akan ada yang bisa diajak bicara," kata Putin, Jumat.

Baca Juga: Cristiano Ronaldo Resmi Gunakan Nomor Punggung 7 di MU

Dikutip dari Al Jazeera, Sabtu, 4 September 2021, Putin berbicara pada sesi pleno Forum Ekonomi di kota Vladivostok, timur jauh Rusia.

“Semakin cepat Taliban mengadopsi budaya orang-orang beradab, maka semakin mudah untuk kita menghubungi, berkomunikasi, dan entah bagaimana mempengaruhi dan mengajukan pertanyaan pada mereka,” tambahnya.

Baca Juga: Burgerkill Angkat Suara Terkait Meninggalnya Sang Gitaris

Presiden Rusia dengan jabatan terlama itu mengatakan penarikan pasukan pimpinan Amerika Serikat dari Afghanistan yang diselesaikan bulan lalu telah berakhir dengan berncana.

"Orang Amerika, orang yang sangat pragmatis, menghabiskan lebih dari $1,5 triliun untuk kampanye ini selama bertahun-tahun, dan apa hasilnya? Nol. Jika Anda melihat jumlah orang yang telah ditinggalkan di Afghanistan, (yang) telah bekerja untuk masyarakat barat, AS dan sekutu mereka, maka itu adalah bencana kemanusiaan juga,” ungkapnya.

Dia juga melanjutkan pejabat AS telah menyerukan kembali bahwa negara itu akan melawan Rusia dan China setelah penarikan Afghanistan.

Baca Juga: DPR RI: Jangan Sampai Pertumbuhan Ekonomi Digital Terhambat Gara-Gara Lemahnya Keamanan Data

“Pertama-tama cari tahu informasi kepada mereka yang telah berperang dengan anda selama 20 tahun, dan kemudian bicarakan tentang bagaimana anda akan menghadapi Rusia dan China,” kata Putin.

Sementara itu, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev mengatakan negaranya tidak dapat menerima pengungsi Afghanistan yang bekerja dengan AS karena "logistik" dan apa yang ia gambarkan sebagai "nuansa dan masalah yang berkaitan dengan kedaulatan Kazakhstan". 

Baca Juga: Lokasi dan Harga Nasi Babi Guling di Denpasar dan Sekitarnya

 

Sejauh ini, duta besar Rusia di Kabul bertemu dengan perwakilan Taliban beberapa hari setelah pengambilalihan dan mengatakan Moskow akan mempertahankan kedutaannya di negara itu.

Pekan lalu, Putin mengatakan Rusia tidak akan ikut campur di Afghanistan dan bahwa Moskow telah belajar dari pendudukan Soviet di negara itu. Moskow terlibat dalam perang 10 tahun di Afghanistan yang berakhir dengan penarikan pasukan Soviet pada 1989.

Sementara Moskow optimis dengan hati-hati tentang kepemimpinan baru di Kabul, mengatakan tidak akan mencampuri urusan dalam negeri, Taliban masih terdaftar sebagai organisasi "teroris" di Rusia.

Baca Juga: 5 Manfaat Daun Binahong bila Dikonsumsi

Rusia baru-baru ini mulai mengevakuasi warganya dan beberapa negara bekas Soviet karena situasi keamanan di negara itu memburuk, dan Moskow telah memperingatkan tentang kelompok-kelompok “ekstremis” yang menggunakan gejolak politik di negara asalnya untuk memasuki negara-negara tetangga sebagai pengungsi.

Putin secara khusus telah mengeluh tentang negara-negara Barat yang mencoba menempatkan pengungsi Afghanistan di negara-negara Asia Tengah, khawatir bahwa “Islam radikal” akan menyebar ke negara-negara yang bersahabat dengan Rusia.

Baca Juga: Eben Burgekill Dikabarkan Terkena Serangan Jantung Sebelum Menghembuskan Nafas Terakhir

Afghanistan berbagi perbatasan dengan tiga negara bekas Soviet di Asia Tengah di mana Rusia memegang pangkalan militer.***

Editor: Bagus Putu Ardha Krisna Putra

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah