Sejarah Singkat Surat Perintah 11 Maret 1966, Perintah Presiden Soekarno Kepada Mayjen Soeharto

11 Maret 2022, 18:32 WIB
Ilusterasi Surat Perintah 11 Maret atau Supersemar /Nile/Pixabay

BULELENGPOST.COM --- Surat Perintah 11 Maret atau yang dikenal sebagai Supersemar merupakan salah satu peristiwa bersejarah di Indonesia. Di mana peristiwa ini merupakan perlahiran pemerintahan dari Orde Lama ke Orde Baru.

Sebagaimana diketahui bahwa Pemerintahan Orde Lama berada di bawah kekuasan Presiden Soekarno dan Pemerintahan Orde Baru dipimpin oleh Presiden Soeharto.

Dalam Supersemar memuat instruksi Soekarno kepada Soeharto untuk mengambil segala tindakan untuk mengatasi situasi keamanan yang buruk pada 11 Maret 1966.

Baca Juga: Sejarah Hari Ibu yang Bermula dari Kongres Perempuan Indonesia

Kala itu, Soeharto menajabat sebagai Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib).

Supersemar terjadi ketika Presiden Soekarno melangsungkan pelantikan Kabinet Dwikora yang dikenal sebagai Kabinet 100 Menteri.

Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat dengan Ismail Marzuki

Saat itu Brigadir Jendral Sabur sebagai panglima pasukan pengawal presiden Tjakrabirawa menyampaikan jika terdapat banyak pasukan tak dikenal yang belakangan diketahui Pasukan Kostrad dibawah pimpinan Mayor Jendral Kemal Idris.

Dan pasukan ini juga bertugas menahan mereka yang diduga terlibat G30S diantaranya Perdana Menteri I Soebandrio.

Baca Juga: Perjalanan Panjang Indonesia Pada Piala Thomas Cup, Pertemuan Final Indonesia dengan Cina Sebanyak 6 kali

Kemudian atas dasar laporan tersebut, Presiden bersama Wakil perdana Menteri I Soebandrio dan Wakil Perdana Menteri III Chaerul Saleh bertolak menuju Bogor.

Lalu Mayor Jenderal Soeharto mengutus tiga perwira tinggi dari Angakata Darat yakni Brigadir Jenderal M. Jusuf, Brigadir Jendral Amirmachmud dan Brigadir Jendral Basuki Rahmat untuk menemui Presiden Soekarno di Bogor.

Baca Juga: Sejarah Piala Thomas Cup, Dicetuskan Oleh Pemenang All England

Setibanya di Bogor, ketiga utusan Soeharto melakukan perbincangan dengan Presiden Soekarno terkait situasi terkini.

Ketiga persiwa itu mengatakan jika Mayjen Soeharto mampu mengendalikan situasi serta memulihkan keamanan jika diberikan surat kuasa atau surat tugas. Di mana surat tersebut berisi tentang memberikan kuasa kepadanya.

Dikutip dari Pikiran Rakyat pada Jumat, 11 Maret 2022, endral (purn) M Jusuf, pembicaraan dengan Presiden Soekarno hingga pukul 20.30 malam.

Baca Juga: 9 Oktober Hari Pos Dunia, Berikut Sejarah Terbentuknya Hari Pos Dunia

Dari sinilah muncul Surat Perintah 11 Maret, sebab usai perbincangan itu Presiden Soekarno kemudian membuat surat perintah yang ditujukan kepada Mayjend Soeharto selaku panglima Angkatan Darat sebagai mengambil gerakan yang perlu sebagai memulihkan keamanan dan ketertiban.

Surat Perintah itu dibawa ke Jakarta oleh Sekretaris Markas Besar AD Brigjen Budiono dan sampai di Jakarta pada 12 Maret 1966 pukul 01.00 waktu setempat.

Berdasarkan penuturan Sudaharmono yang kala itu dia menerima telpon langsung dari Mayjend Sutjipto, Ketua G-5 KOTI, 11 Maret 1966 sekitar pukul 10 malam.

Di mana dalam perbicangan itu Sutjipto mengatakan rindu akan pemikirannya untuk membubarkan PKI dan permintaan itu atas perintah Pangkopkamtib yang dijabat oleh Mayjend Soeharto.

Bahkan Sudharmono sempat berdebat dengan Moerdiono tentang landasan hukum teks tersebut sampai Supersemar itu tiba.***

Editor: Gede Apgandhi Pranata

Tags

Terkini

Terpopuler