BULELENGPOST.COM --- Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan menjadi tragedi kelam dunia sepak bola Indonesia.
Dalam kejadian tragis tersebut hingga sore ini dikonfirmasi menelan korban jiwa hingga 187 orang.
Awalnya, pertandingan antara Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion kanjuruhan Malang berjalan sesuai dengan rencana.
Baca Juga: Buntut Tragedi Stadion Kanjuruhan, El Classico Persib Bandung vs Persija Jakarta Dituda
Namun hingga saat pluti panjang ditiup sebagain tanda berakhirnya laga, oknum Aremania pun mulai turun dan masuk ke tengah lapangan Kanjuruhan untuk meluapkan emosinya.
Kekalahan Arema FC di kandang 2-3 atas tim tamu yakni Persebaya Surabaya disebut sebagai akar dari kerusuhan berdarah tersebut.
Kemudian, tim keamanan pun segera melontarkan gas air mata yang diarahkan ke tribun penonton. Kepolisian beralasan, hal tersebut dilakukan guna menghalau suporter.
Akhirnya, suporter pun berusaha untuk keluar Stadion Kanjuruhan melalui satu titik. Di sinilah titik awal korban berjatuhan.
Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol. Nico Afinta pun menyebutkan jika suporter yang keluar dari 1 titik inilah menyebabkan terjadinya penumpukan.
Sesak nafas, kekurangan oksigen dan ditambah dengan pedihnya gas air mata membuat ratusan orang meniggal dunia. Padahal, dalam regulasi FIFA jelas tertuang aturan pada pasal 19 terkait larangan penggunaan gas air mata.
Baca Juga: Polisi Ungkapkan Alasan Gunakan Gas Air Mata Pada Kejadian Tragesi di Stadion Kanjuruhan Malang,
Tidak hanya korban meninggal, kerusuhan Kanjuruhan juga mengakibatkan kerusakan fasilitas stadion dan sebnayk 13 unit kendaraan 10 di atanranya milik Polri.
Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang itu menjadi tragedi terbesar dalam sejarah sepak bola Indonesia bahkan nomor kedua di dunia.
Pada 24 Mei 1964 juga tercatat terjadi tragedi serupa yang menewaskan setidaknya 325 suporter di Stadion Estadio Nacional.
Baca Juga: Hasil Kualifikasi MotoGP Thailand, Marco Bezzecchi Raih Pole Position
Kejadian itu terjadi ketika Peru bertemu Argentina. Kala itu, Peru memerlukan kemenangan atas Argentina untuk bisa lolos dari babak kualifikasi turnamen bola Olimpiade Tokyo.
Penyebab dari kejadian itu pun disebabkan oleh gas air mata yang dilakukan oleh petugas keamanan. Namun saat kejadian, pendukung Peru tidak terima dengan keputusan wasit asal Uruguay bernama Ángel Eduardo Pazos.
Argentina saat itu unggul 1-0 dari Peru pada 6 menit sisa laga. Kala itu, penonton yang membanjiri duel Peru vs Argentina sekitar 53 ribu orang.
Baca Juga: Arema FC Bentuk Crisis Center dan Ucapkan Permintaan Maaf Atas Kejadian Berdarah 1 Oktober 2022
Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan tidak saja berimbas pada penghentian sementara liga, Arema FC pun diberikan sanksi berupa larangan sebagai tuan rumah selama Liga 1 Indonesia 2022/2023 bergulir.
Pun, mencuat kabar yang menyatakan bahwa Indonesia akan mendapatkan sanksi pembekuan penyelenggaraan turnamen bola selama 8 tahund ari FIFA.
Dan berikut ini adalah daftar tragedi kerusuhan suporter sepak bola terbesar di dunia.
1. Estadio Nacional, Lima, Peru, pada tanggal 24 Mei 1964 yang memakan korban 328 orang
2. Stadion Kanjuruhan, Malang, Indonesia, 1 Oktober 2022, korban 187 orang
3. Accara Stadium, Ghana, 9 Mei 2001, jumlah korban 126 orang
Baca Juga: Klaim Sekarang Juga Kode Redeem Mobile Legends Aktif Spesial Minggu, 2 Oktober 2022
4. Stadion Hillsborough, Sheffield, Inggris, 15 April 1989, jumlah korban 96 orang
5. Stadion Kathmandu, Nepal, 12 Maret 1988, jumlah korban 93 orang. ***