Pengertian Penjor Galungan, Bahan dan Jenis-jenis Penjor

29 Desember 2022, 05:05 WIB
Penjelasan tentang Penjor Galungan /dok. Gede Apgandhi Pranata/ BULELENGPOST/

BULELENGPOST.COM --- Berikut adalah penjelasan tentang Penjor Galungan yang menjadi salah satu ciri khas saat rainan jagat itu datang.

Penjor Galungan bisanya dipasang ketika sore hari hari saat penampahan atau Anggara (Selasa) Wage Dungulan.

Penjor Galungan merupakan simbolis dari Naga Basukih, di mana Naga Basukih adalah lambang kesejahteraan dan kemakmuran.

Selain itu, Penjor Galungan juga dilambangkan sebagai Gunung yang memiliki makna sama seperti Naga Basukih.

Baca Juga: Penjelasan Tentang Sugihan Jawa dan Sugihan Bali, Pembersihan Bhuana Agung dan Bhuana Alit

Penjor terbuat dari bambu ukuran sedang atau kecil dengan panjang tertentu dan ujungnya melengkung. Kemudian bambu itu dihiasi dengan janur/ daun Enau yang masih muda serta daun-daunan lainnya.

Perlengkapan lainnya yang menghiasi penjor adalah pala bungkah (umbi-umbian seperti ketela rambat), pala gantung (misalnya kelapa, mentimun, pisang, nanas dll), pala wija (seperti jagung, padi dll).

Jajan, serta sanggah Ardha Candra yang dibuat dari bambu, dengan bentuk dasar persegi empat dan atapnya melengkung setengah lingkaran.

Baca Juga: Upacara Rangkaian Menyambut Galungan dan Kuningan

Kemudian pada bagian ujung digantungkan sampiyan penjor lengkap dengan porosan dan bunga. Memasang Penjor bertujuan untuk mewujudkan rasa bakti dan sebagai ungkapan terima kasih atas kemakmuran yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan).

Bambu yang melengkung adalah gambaran dari gunung tertinggi sebagai tempat yang suci, hiasan Penjor yang terdiri dari kelapa, pisang, tebu, jajan, dan kain adalah wakil dari semua tumbuh-tumbuhan dan benda sandang pangan, yang dikaruniai oleh Hyang Widhi Wasa (Tuhan).

Baca Juga: Segera Klaim dan Tukarkan Kode Redeem Aktif COC Hari Ini Spesial Rabu, 28 Desember 2022

Keberadaan bahan-bahan pembuat penjor tersebut tentu memiliki arti dan filosofinya masing-masing. Berdasarkan lontar Tutur Dewi Tapini menyebutkan :

Ndah Ta Kita Sang Sujana Sujani, Sira Umara Yadnva, Wruha Kiteng Rumuhun, Rikedaden Dewa, Bhuta Umungguhi Ritekapi Yadnya, Dewa Mekabehan Menadya Saraning Jagat Apang Saking Dewa Mantuk Ring Widhi, Widhi Widana Ngaran Apan Sang Hyang Tri Purusa Meraga Sedaging Jagat Rat, Bhuwana Kabeh, Hyang Siwa Meraga Candra, Hyang Sadha Siwa Meraga “Windhune”, Sang Hyang Parama Siwa Nadha.

Baca Juga: Update Kasus Covid-19 Provinsi Bali Jumat, 5 Nopember 2021

Artinya : Wahai kamu orang-orang bijaksana, yang menyelenggarakan yadnya, agar kalian mengerti proses menjadi kedewataan, maka dari itu sang Bhuta menjadi tempat/tatakan/dasar dari yadnya itu, kemudian semua Dewa menjadi sarinya dari jagat raya, agar dari dewa semua kembali kepada hyang widhi.

Widhi widhana (ritualnya) bertujuan agar sang Tri Purusa menjadi isi dari jagat raya, Hyang Siwa menjadi Bulan, Hyang Sadha Siwa menjadi windu (titik O), sang hyang parama siwa menjadi nadha (kecek), yang mana kesemuanya ini merupakan simbol dari Ong Kara.

Baca Juga: Cord dan Lirik Lagu Sisan Timpal Mercy Band

Penjor galungan bersifat religius, yang mempunyai fungsi tertentu dalam upacara keagamaan,dan wajib di buat lengkap dengan kelengkapannya, membuat penjor untuk upacara memerlukan syarat tertentu, dan sesuai dengan Sastra Agama, agar tidak berkesan sebagai hiasan saja.

Di dalam lontar Tutur Dewi Tapini juga telah disebutkan bahwa setiap unsur pada penjor melambangkan simbol-simbol suci, yaitu sebagai berikut :

Bambu (dan kue) sebagai vibrasi kekuatan Dewa Brahma

Kelapa sebagai simbol vibrasi Dewa Rudra

Kain Kuning dan Janur sebagai simbol vibrasi Dewa Mahadewa

Daun-daunan (plawa) sebagai simbol vibrasi Dewa Sangkara

Baca Juga: Lirik dan Cord Lagu Matunangan Ajak Dewa Nanoe Biroe

Pala bungkah dan pala gantung sebagai simbol vibrasi Dewa Wisnu

Tebu sebagai simbol vibrasi Dewa Sambu

Padi sebagai simbol vibrasi Dewi Sri

Kain putih sebagai simbol vibrasi Dewa Iswara

Baca Juga: Ramalan Zodiak Aquarius hari ini Jumat, 5 Nopember 2021

Sanggah sebagai simbol vibrasi Dewa Siwa

Upakara sebagai simbol vibrasi Dewa Sadha Siwa dan Parama Siwa

Dan penjor biasanya dicabut satu bulan tujuh hari menurut perhitungan kalender Bali atau pada Pegatwakan. 

Baca Juga: Penjelasan Tentang Sugihan Jawa dan Sugihan Bali, Pembersihan Bhuana Agung dan Bhuana Alit

Penjor terbagi menjadi dua jenis berdasarkan fungsinya yakni untuk hari raya dan sebagai hiasan.

Begitu juga dari segi kelengkapan pada penjor yang sudah pasti berbeda. Namun kedua penjor ini memiliki kesamaan yakni sama-sama terbuat dari bambu.

Berdasarkan keperluannya, sebagaimana disebutkan bahwa penjor hias digunakan sebagai sarana hiasan seperti lomba desa, ulang tahun, nganten dan sejenisnya.

Baca Juga: Arti dan Makna Penjor Galungan

Penjor hias dibuat dengan bambu melengkung bagian ujungnya dan dihiasi dengan berbagai hal berdasarkan kreatifitas dan keindahan.

Sedangkan untuk penjor hari raya memang ditujukan secara khusus untuk hari raya tertentu seperti Galungan dan Kuningan, odalan di pura, dan sejenisnya.

Baca Juga: Jadwal Lengkap Daftar Piodalan di Pura Hindu Seluruh Indonesia, Odalan Pura Sakenen dan Pura Taman Pule

Penjor hari raya juga memiliki unsur yang lengkap dan sesuai dengan pakem yang sudah ada. Penjor hari raya biasnaya memiliki tinggi sekitar 10 meter yang harus menggunakan bambu melengkung dengan cabang lengkap dengan daunnya di bagian atas.

Baca Juga: Asmara dan Percintaan Aries, Taurus dan Gemini hari ini Senin, 17 Oktober 2022

Bambu digunakan sebagai lambang atau simbol dari gunung. Kemduian penjor dihias dengan janur dan harus diisi juga pala bungkah, pala wija dan pala gantung berupa buah-buahan, umbi-umbian dan biji-bijian.

Selain itu, penjor hari raya ini juga diisi dengan jajan banten, kain putih kuning. Dibagian bawah penjor akan dipasang sebuah sangga kecil yang biasanya terbuat dari bambu anyaman dibalut dengan kain putih kuning.

Baca Juga: UPDATE Daftar Rainan Sepanjang Bulan September, Sabtu, 10 September 2022 Purnama Ketiga

Masih dibagian bawah penjor juga diisi dengan ambu. Dilansir dari laman Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng penjor juga disebut sebagai simbol gunung sehingga keberadaannya dikatakan sakral. ***

Editor: Gede Apgandhi Pranata

Tags

Terkini

Terpopuler