Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol. Nico Afinta pun menyebutkan jika suporter yang keluar dari 1 titik inilah menyebabkan terjadinya penumpukan.
Sesak nafas, kekurangan oksigen dan ditambah dengan pedihnya gas air mata membuat ratusan orang meniggal dunia. Padahal, dalam regulasi FIFA jelas tertuang aturan pada pasal 19 terkait larangan penggunaan gas air mata.
Baca Juga: Polisi Ungkapkan Alasan Gunakan Gas Air Mata Pada Kejadian Tragesi di Stadion Kanjuruhan Malang,
Tidak hanya korban meninggal, kerusuhan Kanjuruhan juga mengakibatkan kerusakan fasilitas stadion dan sebnayk 13 unit kendaraan 10 di atanranya milik Polri.
Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang itu menjadi tragedi terbesar dalam sejarah sepak bola Indonesia bahkan nomor kedua di dunia.
Pada 24 Mei 1964 juga tercatat terjadi tragedi serupa yang menewaskan setidaknya 325 suporter di Stadion Estadio Nacional.
Baca Juga: Hasil Kualifikasi MotoGP Thailand, Marco Bezzecchi Raih Pole Position
Kejadian itu terjadi ketika Peru bertemu Argentina. Kala itu, Peru memerlukan kemenangan atas Argentina untuk bisa lolos dari babak kualifikasi turnamen bola Olimpiade Tokyo.
Penyebab dari kejadian itu pun disebabkan oleh gas air mata yang dilakukan oleh petugas keamanan. Namun saat kejadian, pendukung Peru tidak terima dengan keputusan wasit asal Uruguay bernama Ángel Eduardo Pazos.
Argentina saat itu unggul 1-0 dari Peru pada 6 menit sisa laga. Kala itu, penonton yang membanjiri duel Peru vs Argentina sekitar 53 ribu orang.