Desa Patas Go Digital, Kenalkan Tradisi Gebug Ende

- 1 Desember 2022, 16:45 WIB
ilusterasi gebug Ende
ilusterasi gebug Ende /YouTube Jineng Seraya Chanel/

 

BULELENGPOST.COM --- Buleleng memiliki wilayah paling luas di Bali, tradisi dan budayanya pun melipah. Potensi untuk dikembangkan juga begitu besar salah satunya adalah dari sisi budaya.

Adalah Desa Patas Kecamatan Gerokgak yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan yakni tradisi Gebug Ende atau dikenal dengan nama Sekaa Ende. Gebug Ende adalah ritual bermain perang-perangan dengan bambu rotan untuk memohon datangnya hujan. 

Potensi besar inilah yang dilirik oleh Universitas Indonesia guna mengembangkan dan menyebarkanya secara digital.

Baca Juga: UMP Bali Naik 7,8 Persen 2023, Berikut Rinciannya

Melalui pengabdian masyarakat di Desa Patas di Kantor Desa Patas Kamis kemarin (1/12). Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia (UI), Dr Agi Ginanjar juga sebagai Dosen Arkeologi UI; Anggota  Dr. Aswin Hadisumarto yang juga Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI; Mahasiswi Arkeologi Universitas dalam kegiatan dari Dosen Arkeologi. Jasmine Alifiannisa Putri, Amara Bittaqwa dan Ni Kadek Novi Febriani.

Agi mengatakan,  bentuk pengabdian masyarakat ini bertujuan memberdayakan masyarakat dalam  menarasikan potensi wisata lanskap budaya Desa Patas. Prediksi 2045 potensi wisata budaya mendominasi perekonomian Indonesia yang tentunya menggunakan digitalisasi. Menjadi penting penggunakan media digital sebagai wadah promosi desa.

Baca Juga: Daftar Harga BBM Non Subsidi Terbaru yang Berlaku Kamis, 1 Desember 2022

Pilihan kepada desa ini karena  belum banyak yang mengenal desa ini. Padahal Desa Patas  memiliki potensi  dari  segi budaya dan alamnya. Selain itu juga, Desa patas dikenal dengan keberagaman beragama karena ada  “Kampung Toge”,  masyarakat Hindu dan Islam hidup berdampingan sejak tahun 1980 an. 

“Kami dari Universitas Indonesia ingin ikut berkontribusi  pemberdayaan masyarakat khususnya dalam pengembangan wisata budaya dari tahap yang paling awal, yaitu pemetaan dan penyusunan narasi. Hal ini dapat dikombinasi dengan penggunaan media digital agar seiring dengan tren dan arah pembangunan saat ini,” ungkap Agi Ginanjar.

Baca Juga: Ini Kode Redeem The Spike Volleyball Kamis, 1 Desember 2022 Tuntaskan Permainannya Datapatkan Hadiahnya

Halaman:

Editor: Gede Apgandhi Pranata


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x