Singapura sebut ASEAN Tidak Efektif Tangani Krisis Myanmar

- 21 Agustus 2021, 15:27 WIB
Menteri luar negeri Singapura, Vivian Balakrishnan
Menteri luar negeri Singapura, Vivian Balakrishnan /Channel News Asia

Sekadar informasi, korban tewas akibat kudeta 1 Februari di Myanmar mencapai 1.000 jiwa pada minggu ini, menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), yang telah merekam pembantaian oleh pasukan keamanan.

“Kami telah mempertahankan jalur komunikasi. Kami tidak berusaha mempersulit. Dan kami tidak bermain-main. Tapi (otoritas militer) tahu kami akan melibatkan semua orang.” ujarnya.

Baca Juga: LifePal, Marketplace Asuransi asal Indonesia Raih Pendanaan Senilai Rp. 129 Milyar

Singapura adalah negara kecil yang memiliki pengaruh ekonomi dan politik yang kuat di Asia Tenggara. Beberapa kelompok hak asasi mengatakan Singapura memiliki pengaruh di Myanmar berkat hubungan dekatnya dengan negara itu sebagai salah satu investor terbesarnya.

Singapura memiliki investasi kumulatif senilai $24,1 miliar di Myanrmar yang disetujui di sana pada 2020, menurut data resmi Myanmar sejak 1988.

Baca Juga: OnlyFans Terbitkan Kebijakan Baru Terkait Konten Seksual Yang Terlau Vulgar

Hal itu menjadikannya sumber modal asing terbesar di sana, mengalahkan Cina. Namun, Balakrishnan mengatakan “apa yang disebut leverage Singapura terlalu tinggi”, karena totalnya juga termasuk perusahaan multinasional yang telah berinvestasi di Myanmar.

Dia mengatakan sanksi ekonomi akan mempengaruhi rakyat tetapi memiliki efek terbatas pada otoritas militer, yang dapat menahan isolasi dengan lebih baik. Sejauh ini, belum ada diskusi di ASEAN tentang pengusiran atau penangguhan Myanmar, seraya menambahkan bahwa Singapura ingin pendekatan konstruktif tetapi tidak ingin ikut campur dalam politik dalam negeri.

Baca Juga: Jepang Tawarkan Turki Pinjaman Senilai Rp. 5,9 Trilyun guna Tangani Pengungsi Suriah

“Kami berharap dapat membuat kemajuan dalam kerja sama, pemulihan pandemi, ekonomi digital, ekonomi hijau, dan keamanan siber. Ini bukan hanya sekadar diplomasi, ada pekerjaan substantif yang harus dilakukan.” tuturnya.

Halaman:

Editor: Bagus Putu Ardha Krisna Putra

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x